Posts

Showing posts from January, 2012

Kitab “Kuning” Literatur Peneliti Dunia Rujukan Memahami Ajaran Islam

Image
KETAPANG  – Bagi kalangan pondok pesatren (ponpes), mempelajari buku klasik berbahasa Arab atau sering disebut dengan kitab “kuning” hal yang mengherankan. Namun sedikit mengetahui, bahwa kitab kuning yang klasik itu banyak digunakan peneliti dunia dalam mempelajari Islam. “Selama ini ada anggapan sulit dalam mempelajari kitab kuning, padahal kitab kuning banyak dijadikan bahan atau literatur para peneliti dunia dalam mempelajari Islam,” kata Mat Nuh, Kasi Kesra Setwilda Kabupaten Ketapang dalam acara peluncuran program cepat membaca kitab kuning di Ponpes Nurilahi Sukaharja, Senin (23/1). Di hadapan para pengurus ponpes dan para santri, Mat Nuh mengatakan tantangan di masa mendatang akan lebih berat. Zaman yang terus berkembang memaksa setiap lembaga pendidikan termasuk ponpes untuk menyiapkan sumber daya manusia yang andal. “Untuk itu mari kita menjadi motivator dalam segala bidang bukan sebaliknya menjadi beban masyarakat,” ujarnya. Pada kesempatan yang sama, Kasi PK Pontren Kementr

Biografi KH. Sahal Mahfudz

Image
KH. Sahal Mahfudz, Rais Aam PBNU Nama lengkapnya KH. MA. Sahal Mahfudz (selanjutnya disebut dengan Kyai Sahal) adalah Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudz bin Abd. Salam Al-Hajaini  lahir di Desa  Kajen, Margoyoso Pati pada tanggal 17 Desember 1937. Beliau adalah anak ketiga dari enam bersaudara  yang merupakan ulama  kontemporer Indonesia yang disegani karena kehati-hatiannya dalam bersikap dan kedalaman ilmunya dalam memberikan fatwa terhadap masyarakat baik dalam ruang lingkup lokal (masyarakat dan pesantren yang dipimpinnya) dan ruang lingkup nasional. Orang yang baru melihat Kyai Sahal, bisa jadi akan melihatnya sebagai sosok yang biasa-biasa saja.  Dengan penampilan yang sederhana orang mengira, beliau sebagai orang biasa yang tidak punya pengetahuan apa pun.  Namun ternyata pengetahuan dan kepakaran Kyai Sahal sudah diakui.  Salah satu contoh, sosok yang menjadi pengasuh pesantren2 ini pernah bergabung dengan institusi yang bergerak dalam bidang pendidikan, yaitu menjadi a

‘Desacralizing’ history

Image
It is disappointing that religious violence took place in Indonesia at the end of the year. The burning and destruction of a pesantren (Islamic boarding school) belonging to a Shiite community in Sampang, Madura, was shocking.  The actors were Muslims who normally live neighborly among their communities. This act of arson is seemingly the peak of conflict that has been brewing for the past couple of years. The damage has terrorized the Shiite community, most of whom have been evacuated from their homes. image: firstpost The attack is based on hostile feelings harbored by some Muslims in Sampang. They contest the Shiite’s view that three of the al-khulafa al-rasyidun (the guided caliphs) betrayed Ali bin Abi Thalib (the fourth caliph and cousin of the Prophet Muhammad). For most Muslims Abu Bakar, Umar and Usman are regarded as the best and closest friends of the Prophet Muhammad. From these figures also came many hadiths of the Prophet that were spread among Muslims. Generally speaking

Pesantren Al-Asyikin II, Pejajaran Cicendo Bandung

Image
ilustrasi pesantren, image: humaspdg Terletak di Kelurahan Pejajaran, km sebelah utara kota kembang, Bandung, di jalan Pandu (kini Jalan Pesantren Wetan). Didirikan tahun 1912 oleh KH. Zarkasyi bin KH. Ahmad. Sudah beberapa kali pesantren ini mengalami pemugaran. Luas bangunannya pada tahun 1985, 250 m2 berdiri di atas tanah seluas 1,5 ha. Santrinya berjumlah 75 orang, 25 diantaranya putri. Sepeninggal Kyai Zarkasyi, pesantren diasuh oleh putra-putranya, KH. Syamsudin Thoha, KH. Burhanuddin, dan lain sebagainya. Sewaktu pesantren masih diasuh KH. Zarkasyi, pesantren mengalami perkembangan yang begitu pesat, hingga jumlah santrinya mencapai 500 orang lebih. Sepeninggalnya pesantren mengalami kemunduran. Di bawah kepemimpinan KH. Badrudin, pesantren ini nampak kembali mengalami kemajuan. Namun demikian, pengasuh masih mengalami adanya hambatan, terutama dalam hal mutu pendidikan pesantren yang harus berani bersaing. Sistem pendidikna klasikal samapai sekarang belum diterapkan. Santri did

‘Pesantren’, new media and moderate Islam

Image
image source: technorati Facebook and Twitter have been used as a tool of communication between friends, a medium for business and, most importantly, as a means of political resistance, as evident in the Middle East during the so-called Arab Spring. We have seen many examples of how social media helped people to communicate, gather, criticize and even liberate their societies from despotic and undemocratic governments, starting in Tunisia and then in Egypt and Libya. The movement has presented us with much to ponder about the impact of borderless new media.  The emerging political situation inspired the Muslim World League to convene its second International Conference on Islamic Media in Jakarta — exactly 32 years after its first iteration, which Jakarta also hosted.  Why on earth have Arab countries (i.e. the Muslim World League) waited for so long to have another conference? Naturally, the Arab Spring forced Arab countries in particular and Muslim countries in general, to respond to

PBNU Kecam Kekerasan Atas Nama Agama

Image
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Agil Siradj (tengah) didampingi Ketua PBNU Arvin Hakim Thoha (kiri) dan Wakil Ketua Umum PBNU As'ad Said Ali berbicara terkait aksi pembakaran pondok pesantren Syiah yang terjadi di Sampang, Madura, Jawa Timur, saat jumpa pers di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (3/1). Dalam pernyataannya PBNU mengecam tindakan kekerasan berujung pada pembakaran sekolah, musala dan rumah pada Kamis 29 Desember 2011 yang mengatasnamakan agama. MI/SUSANTO/pj Sumber: Media Indonesia

Hak Asasi Manusia Perspektif NU

Image
Hak asasi manusia (HAM)—sebagaimanatertuang dalam Universal Declaration of Human Rights yang diproklamasikan PBBpada 10 Desember 1948—harus ditafsirkan dengan adil dan benar. Tujuannya agartidak disalahgunakan oknum-oknum tertentu. Terjadi pembelokan—bahkan pembalikan—arusdalam pergulatan penegakan HAM di Indonesia, dari yang semula penuh pelanggarandan sangat represif oleh aparat negara menjadi lebih berpihak kepadaperlindungan HAM yang, bahkan dalam kasus tertentu, cenderung mendesak danmengalahkan aparat negara. Hal ini dapat dilihat paling tidak darilahirnya berbagai peraturan perundang-undangan (termasuk perubahan konstitusi)yang lebih memberi tempat pada konvensi-konvensi internasional tentang HAMdengan imperasi yang lebih kuat maupun dalam proses penanganan kasus-kasus HAMyang diproses secara hukum (Mahfud M.D., 2006). Islam merupakan ajaran yang menempatkanmanusia pada posisi yang sangat tinggi. Bahkan Alquran menjaminnya adanya hakpemuliaan dan pengutamaan manusia, sesuai dala