Posts

Showing posts from January, 2013

Ponpes Nurul Mursyidah, Pandeglang

Image
KH. Suherman (Pengasuh PP Nurul Mursyidah) menyambut Drs. Miftah Faqih MA (PP-RMI-NU) Motivasi pendirian pondok Pesantren Nurul Mursyidah adalah kondisi kehidupan masyarakat Banten yang pada waktu itu sangat fanatik dengan pola prilaku masyarakat yang kurang Islami dan bertentangan dengan norma hukum yang berlaku. Juga  terbatasnya jumlah pemuka agama yang dapat memimpin umat. Embrio Pondok Pesantren dimulai dari majlis ta’lim yang dikelola oleh Hj. Acih Mursyidah di salah satu tempat di jakarta. Majlis Ta’lim tersebut terus berkembang dan atas usul dari masyarakat Karang Tanjung, maka pada tahun 1994 didirikanlah Pondok Pesantren Nurul Mursyidah dengan sarana seadanya. Pendidikan diawali dengan membuka Majlis Ta’lim yang kemudian terus berkembang dan mendapat perhatian besar dari masyarakat. Pada perkembangan berikut, didirikanlah lembaga pendidikan Formal yaiut SMP Islam Tahun (1994) , dan SMA Islam (1998) Pada tahun 1998 terjadi kejadian besar dalam perjal

KH. Turaikhan Adjhuri Es Syarofi, Kyai Kharismatik dari Kudus

Image
Gus Dur Mencium Tangan al-Maghfurlah KH. Turaikhan Adjhuri Es Syarofi Diantara ulama besar kota Kudus yang kharismatik dan terkenal pada akhir abad 20 adalah Al Maghfurlah KH. Turaikhan Adjhuri Es Syarofi yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Mbah Tur yang masih dianggap tedak turun Syaikh Ja`far Shadiq atau Sunan Kudus. KH. Turaikhan Adjhuri Es Syarofi dikenal sebagai pakar ilmu Falak atau Astronomi. Selain itu juga dikenal sebagai tokoh yang terkenal keteguhannya memegang prinsip dan akidah. Pendapat-pendapatnya dalam masalah fiqih juga sering mengejutkan kalangan ulama. Beliau lahir di Kudus pada tanggal 22 Rabiul Akhir 1334 H atau 10 Maret 1915 M. Ayah beliau bernama KH. Adjhuri sedangkan ibu beliau bernama Nyai Dewi Sukainah. Masa Pertumbuhan dan Dewasa KH. Turaikhan Adjhuri pada masa kanak-kanaknya tumbuh dan berkembang seperti anak-anak pada umumnya. Turaikhan kecil hidup dalam lingkungan keluarga yang cinta agama dan ilmu pengetahuan. Sejak kecil sudah ta

Santri dan Semangat Nasionalisme

Image
"Selama ini, kurikulum di pesantren-pesantren NU terutama searah dengan semangat keindonesiaan. Salah satu kitab kuning yang biasa diajarkan di pesantren NU adalah kitab I'anah al-Thalibin yang memaknai jihad tidak dalam arti kekerasan, melainkan memberi makan orang miskin dan menggelar pengobatan gratis."  Oleh: KH. Said Aqil Siraj MEMBICARAKAN perihal memupuk jiwa nasionalis dan membentuk karakter bangsa (nation character building) yang saat ini tengah digundahkan, benak saya langsung teringat pada kisah tentang nadzar. Nadzardalam kajian fikih merupakan suatu janji atau ikrar untuk menjalankan kebaikan secara khusus dan diamalkan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.  Tersebutlah Mbah Lim -panggilan populer KH Muslim Imampuro-, sosok kiai karismatis yang tinggal di sebuah desa kecil di Sumberrejo, Kelurahan Troso, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jateng. Di desanya itu, Mbah Lim sudah lama memangku ''Pesantren Pancasila Sakti''.

Pentingnya Filologi bagi Pesantren, NU, dan Kemenag RI

Image
Pada 16 September 2012, kami berbincang-bincang bersama mantan Dubes RI untuk Lebanon, H Abdullah Syarwani. Beliau menceritakan perihal pembajakan kitab Sirâj al-Thâlibîn karya Syaikh Ihsan Jampes Kediri oleh salah satu penerbit besar di Lebanon. Pihak penerbit telah mengakui kesalahannya dan bersedia mentashih serta menarik peredaran kitab tersebut. Ini juga yang beliau sampaikan kepada pihak PBNU. Di samping kesalahan penerbit dalam mencantumkan nama penulis kitab menjadi Syaikh Ahmad Zaini Dahlan (Makkah), kata pengantar (taqrîdz) juga dihapus. Diantaranya ditulis oleh Kiai Hasyim Asy’ari dan para pengasuh pesantren Jawa Timur saat itu. Dalam sejarahnya, kitab ini pertama kali diterbitkan oleh penerbit Salim Nabhan di Surabaya pada awal tahun 1950-an, dan tahun 1955 diterbitkan penerbit al-Babi Al-Halabi Mesir, dan pada tahun 1990-an diterbitkan Darul Fikr Lebanon. Baru pada 2006 diterbitkan oleh penerbit Darul Kutub Al-Ilmiyah Lebanon dengan nama pengarang yang berbeda. Belia

Pesantren Nurul Arifin Jiput Pandeglang Banten

Image
Pondok Pesantren Nurul Arifin Kadutomo Jiput Kabupaten Pandeglang berdiri pada tahun 1989 merupakan lembaga pendidikan terpadu. Disamping memberi pelajaran keagamaan seperti lazimnya pondok pesantren, juga memberi pelajaran yang berorientasi pada kurikulum Pendidikan Nasional. Pagi hari Siswa / Siswi sekolah di Lembaga Formal ( Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah ) Pada sore hari mereka harus mengikuti pelajaran keagamaan yang berorientasi pada kurikulum pesantren.  Pondok Pesantren Nurul Arifin dengan sistem seperti ini dimaksudkan untuk membantu / mengurangi beban tanggung jawab orang tua yang menginginkan anaknya memiliki dasar-dasar keagamaan dan juga memiliki Ilmu Pengetahuan Umum. Bahkan Pondok Pesantren Nurul - Arifin adalah satu-satunya Pendidikan Formal non Formal yang berbasis Pesantren yang ada di Kecamatan Jiput. Pondok Pesantren Nurul Arifin didirikan sebagai tuntutan dari kebutuhan masyarakat yang mendambakan adanya sebuah lembaga yang dapat memadukan antara

Pesantren Salaf Berkontribusi pada Dunia Islam

Image
Pesantren Salaf yang berkembang di Indonesia merupakan bentuk sumbangan NU untuk dunia Islam. Pesantren salaf berikut pola pendidikannya dikembangkan secara masif oleh NU sebagai model pendidikan ideal. Perihal ini disampaikan oleh M. Imam Aziz, seorang Ketua PBNU di Kantor NU Online, Lantai 5 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (26/12) sore. “Pesantren Salaf atau pola pengajaran salaf itu ya pengajaran kitab-kitab kuning yang disampaikan oleh para kiai,” katanya. Menurutnya, pengajaran kitab gaya pesantren Salaf merupakan cara umat Islam dalam menyebarkan dan mempertahankan nilai-nilai agama Islam. Selain menyebarkan, pengajaran kitab Salaf baik melalui pesantren atau majelis taklim, mendekatkan masyarakat dengan sumber-sumber primer ajaran Islam. Pesantren Salaf mendidik masyarakat untuk bersikap ilmiah. Sikap ilmiah tertanam di masyarakat dalam bentuk pendasaran pikiran dan perilaku yang selalu merujuk pada kitab-kitab tertentu. Kenyataan ini terus berlangsung seb

Ihsan bin Muhammad Dahlan Al Janfasi Al Kadiri: Penulis Kitab Siraj at-Thalibin

Image
Ulama besar asal Kediri, Jawa Timur, ini memang tak terlalu populer di Tanah Air. Namun, Ihsan bin Muhammad Dahlan Al Janfasi Al Kadiri ini sangat terkenal di kalangan pelajar di Mesir, khususnya di kalangan ulama Universitas Al-Azhar. Kebesaran nama Janfasi bukan saja karena pesantren yang diasuhnya, tetapi juga oleh karya ilmiahnya dalam ilmu keislaman, khususnya kitab Siraj at Thalibin. Syeikh Janfasi di kalangan santri lebih dikenal dengan nama Kiai Haji Ihsan, Jampes, Kediri, yang disesuaikan dengan nama kampung tempat ia dilahirkan hingga masa mengasuh pesantren bahkan saat wafat dan dimakamkan. Kiai Ihsan yang memiliki nama kecil Bakri ini dilahirkan di Kampung Jampes, Desa Putih, Gampngrejo, Kediri pada 1901. Ayahnya, Kiai Muhammad Dahlan, adalah ulama pendiri Pondok Pesantren Jampes yang kini bernama Pondok Pesantren Al Ihsan. Pada masa kecilnya, Kiai Ihsan dikenal nakal namun cerdas. Ia gemar menonton wayang kulit dan menyukai seni bela diri pencak silat.