Posts

Showing posts from May, 2013

KH. Said Aqil Siraj: Makna Kembali ke Pesantren (Malam Harlah NU ke-90)

Image
Tiga puluh tahun yang lalu yakni tahun 1984 tepatnya di Situbondo, NU mencanangkan gerakan "Kembali ke Khittah 1926". Langkah strategis itu telah membawa kemajuan yang sangat berarti bagi NU, sehingga menjadi organisasi yang besar, kuat dan disegani. Pada hakekatnya kembali ke Khittah adalah kembali pada spirit, pola pikir serta nilai luhur pesantren. Karena itulah pada periode ini NU mencanangkan gagasan besar Kembali Ke Pesantren, sebagai realisasi mengembalikan Khittah serta jati diri NU yang lahir dan besar di Pesantren. Maka sudah selayaknya dalam usianya yang ke-90 tahun ini NU menegaskan kembali gagasan mulia tersebut. Pesantren merupakan khazanah peradaban Nusantara yang telah ada sejak zaman Kapitayan, sebelum hadirnya agama-agama besar seperti Hindu, Budha dan Islam. Pertemuan dengan agama besar tersebut pesantren mengalamai perubahan bentuk dan isi sesuai dengan karakter masing-masing agama, tetapi misi dan risalahnya tidak pernah berubah, yaitu memberi

Benda-Benda Najis yang Bisa Menjadi Suci ( الذي يظھر من النجاسة) : Kitab Safinah An Najah (Pasal 17)

Image
فصل - الذي يظھر من النجاسة ثلاثة : الخمر إذا تخللت بنفسھا . وجلد الميتة إذا دبغ وما  صارا حيوانا Alladzii  Yathhuru Minannajaasaati Tsalaatsatun : Al-Khomru Idzaa Takhollalat Binafsiha,  Wajildul Maytati Idzaa Dubigho , Wa Maa Shooro Hayawaanan. Benda-benda najis yang bisa menjadi suci, 3 : 1. Khamar (arak) yang berubah dengan sendirinya menjadi cuka 2. Kulit bangkai jika sudah di samak 3. Hewan sembelihan

Kebhinekaan dan Kebangsaan dalam Perspektif Islam Ahlussunnah wal Jama’ah [Bagian Keempat, Implikasi Kebhinekaan dan Kebangsaan]

Image
Implikasi Kebhinekaan dan Kebangsaan Implikasi dari pengakuan dan penghormatan kepada kebhinekaan dan kebangsaan sekurang-kurangnya dapat dicermati dari sepuluh pokok berikut. 1.                   Kedudukan Umat Nabi Muhammad SAW a.                   “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan [95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS Al-Baqarah [2]: 143) KH. Dian Nafi [95]. Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi at