Posts

Showing posts from February, 2014

Pondok Pesantren Ar Rohmah: Meski Fasilitas Minim, Santri Terus Bertambah

Sejak didirikan tahun 2001 silam, Pesantren Ar Rohmah di Desa Jorongan Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur masih minim fasilitas. Bahkan, untuk ruang kelas saja pesantren ini masih harus menggunakan rumah sang pendiri, Ustadz Hasanuddin. Untuk datang ke Pesantren Ar Rohmah ini relatif sangat mudah. Dari arah terminal Bayuangga Kota Probolinggo, kita bisa menggunakan bus atau minibus jurusan Jember dan Banyuwangi. Saat sampai di pertigaan Desa Jorongan, pengunjung tinggal menaiki becak dengan biaya Rp. 5 ribu pengunjung sudah sampai ke pesantren ini. Dibilang mudah, karena semua tukang becak di pertigaan Jorongan tersebut sudah mengerti lokasi pesantren Ar Rohmah. Selasa (25/2) sekitar pukul 15.00 WIB, Kontributor NU Online berkesempatan mengunjungi Pesantren Ar Rohmah ini. Saat itu, terlihat para wali murid sedang duduk di pelataran rumah Ust Hasananuddin yang merupakan pengasuh sekaligus pendiri Pesantren Ar Rohmah. Para wali murid tersebut baru selesai

Khittah Nahdliyah - KH. Achmad Siddiq

Image
" Risalah yang ada di tangan saudara ini adalah suatu yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga Nahdliyyin . ( KH. Idham Cholid ) Risalah ini dapat dijadikan bahan petunjuk bagi para pemimpin Nahdlatul Ulama , terutama generasi mudanya untuk mengenal dan menghayati apa dan bagaimana Nahdlatul Ulama . ( KH. Masykur)"   Khittah Nahdliyah - KH. Achmad Siddiq Judul Buku  : Khittah Nahdliyah Penulis : KH. Achmad Siddiq Penerbit : Khalista Tahun Terbit : Cetakan Ke- III, 2005 Dimensi : 12 x 18 cm Halaman : xxi + 105 Khittah Nahdliyah - KH. Achmad Siddiq Risalah yang ada di tangan saudara ini adalah suatu yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga Nahdliyyin. ( KH.Idham Cholid ) Risalah ini dapat dijadikan bahan petunjuk bagi para pemimpin NU, terutama generasi mudanya untuk mengenal dan menghayati apa dan bagaimana Nahdlatul Ulama . ( KH. Masykur) Buku ini adalah tulisan al-Maghfurlah KH. Achmad Siddiq pada tahun 1979 yang sempa

Bhinneka Tunggal NU

Image
Bhinneka Tunggal Nahdlatul Ulama -  Logo Nahdlatul Ulama  Tiga puluh tahun lalu, 14-18 Rabiul Awal 1405 H, Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-27 di Situbondo berhasil mengobrak-abrik konstelasi politik NU. Betapa tidak, setelah menyatakan NU mengakui Pancasila sebagai asas tunggal dalam Munas NU 1983, setahun kemudian NU menyatakan kembali ke Khittah NU 1926. NU pensiun sebagai partai politik. NU tidak berpolitik praktis lagi.  Alhasil, ada yang berderai air mata menangis bombai, ada juga yang berjingkrak-jingkrak menang gemilang. Kembali ke Khittah Nahdlatul Ulama 1926 telah menjadi keputusan strategis NU yang monumental hingga akhir zaman. Cerita lahirnya ketetapan “Kembali ke Khittah Nahdlatul Ulama 1926” memang tidak seperti cerita menetasnya telur buaya dalam timbunan tanah, yang tanpa dierami induknya bisa menetas sendiri. Ada proses dan perjuangan yang lumayan panjang. Sekelompok aktivis muda NU seperti Abdurrahman Wahid, Fahmi D. Saifuddin, Mahbub Djunaidi, Sai

"ISLAMIC VALENTINE'S DAY" (Hari Kasih Sayang Islam versi Rasulullah Muhammad SAW- red)

Image
"ISLAMIC VALENTINE'S DAY" Makkah - image: google JUDUL ini harus dikasih tanda petik di awal dan akhir, karena sesungguhnya itu istilah ngawur dari sudut apapun kecuali dari sisi iktikad baik tentang cinta kemanusiaan. Islam bukan kostum drama, sinetron atau tayangan-tayangan teve Ramadhan. Islam itu substansi nilai, juga metodologi. Ia bisa memiliki kesamaan atau perjumpaan dengan berbagai macam substansi nilai dan metodologi lain, baik yang berasal dari "agama" lain, dari ilmu-ilmu sosial modern atau khasanah tradisi. Namun sebagai sebuah keseluruhan entitas, Islam hanya sama dengan Islam. Bahkan Islam tidak sama dengan tafsir Islam. Tidak sama dengan pandangan pemeluknya yang berbagai-bagai tentang Islam. Islam tidak sama dengan Sunni, Syi’i, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Hizbut Tahrir dan apapun saja aplikasi atas tafsir terhadap Islam. Islam yang sebenar-benarnya Islam adalah dan hanyalah Islam yang sejatinya dimaksudkan oleh Allah.

Kiai Sahal Dibesarkan dalam Tradisi Bahtsul Masail

RMI NU, Media Pesantren YOGYAKARTA -  Ketua PBNU Imam Aziz mengatakan, KH MA Sahal Mahfudh dibesarkan dalam tradisi bahtsul masail. Sejak 1960-an, Kiai Sahal ketika menjadi pengurus MWCNU Margoyoso bersama para kiai di Kajen menginisiasi kegiatan rutin bulanan bahtsul masail. "Kegiatan bahtsul masail ini hadir karena permasalahan sosial di tengah masyarakat begitu banyak sehingga membutuhkan jawaban secara syariat," kata Imam Aziz pada acara kajian rutin kitab Aswaja di aula Gedung PWNU DI Yogyakarta, Ahad (9/2). Bahtsul masail itu tidak dilakukan di kantor MWCNU karena saat itu MWCNU Margoyoso belum memiliki kantor sendiri. Kegiatan itu dilakukan di rumah warga secara bergantian. Justru dengan seperti ini, lanjut Imam Aziz, hubungan sosial antara para kiai dan masyarakat sangat harmonis. "Problem yang penting, tidak bisa dipecahkan para kiai yang waktu itu referensinya hanya kitab kuning. Sementara Kiai Sahal saat itu bersikeras, tidak boleh ada masalah

Pesantren, Penjaga Moralitas Bangsa

RMI NU, Media Pesantren, Meskipun beberapa kalangan memandang sebelah mata dunia pesantren, namun peran signifikan lembaga pendidikan kaum sarungan ini tidak bisa diremehkan. Pesantren telah memberikan kontribusi luar biasa bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia, terutama dalam mengawal moralitas dan religiuitas masyarakat.  Hal ini ditegaskan kembali dalam Halaqoh Nasional bertajuk “Pesantren Model Pendidikan Karakter”, dalam rangka peringatan Maulid Nabi & Haul XIV Al Maghfurlah KH. Syaerozie bin KH. Abdurrohim, pendiri Pondok Pesantren Putra Putri Assalafie Babakan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat di pesantren setempat, Jumat (7/2). Hadir sebagai pembicara utama Dr H Sumanta, pembantu rektor I IAIN Syaikh Nurjati Cirebon, yang juga alumni pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin; serta Ahmad Baso, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta, yang juga penulis buku Pesantren Studies. Sumanta menegaskan, keistimewaan lembaga pendidikan pesa

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Image
Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama Berikut beberapa ungkapan Muqadimmah Pidato/ceramah yang biasa digunakan di kalangan Nahdlatul Ulama: Artinya: Kami panjatkan segala puji padaNya dan kami meminta pertolonganNya. Seraya memohon ampun dan meminta perlindunganNya dari segala keburukan jiwaku dan dari kejelekan amaliahku. Barangsiapa yang telah Allah tunjukkan jalan baginya, maka tiada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah sesatkan jalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam bagi Muhammad saw berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya. Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman dan islam. Salawat dan doa keselamatanku terlimpahkan selalu kepada Nabi Agung Muhammad Saw berserta keluarga dan para sahabat-sahabat Nabi semuanya. Artinya: Segala puji bagi Allah Sang Penguasa alam semesta. Semoga salawat serta keselamatan tercurahkan sela

10 Hal Teratas yang Sering Disalahpahami Tentang Islam

Image
Islam - Image's Project Wikipedia About Islam RMI NU, Media Pesantren, Banyak sekali anggapan-anggapan orang tentang Islam yang sering tidak menggambarkan Islam secara benar. Di antara anggapan-anggapan itu, berikut 10 hal yang sering disalahpahami orang tentang Islam:  1. "Umat Islam (Muslim) Penyembah Dewa Bulan)."  Umat Islam percaya hanya ada satu Tuhan yang Maha Kuasa, yakni Allah Swt. Islam mengajarkan tauhid (monotheism). Allah ("Tuhan" dalam Bahasa Arab), merupakan penyebutan formal untuk Tuhan.  2. "Umat Islam Tidak Percaya Pada Jesus (Nabi Isa As)."  Umat Islam Percaya bahwa Allah mengirimkan para rasul dan nabi-Nya, termasuk Jesus (Nabi Isa As) untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya. 3. "Islam Tidak Toleran Pada Pemeluk Agama Lain".  Rasulullah Muhammad SAW, mengajarkan umat Islam melindungi umat agama yang lain, misalnya pada kalangan Yahudi dan Nasrani kala itu. 4. "Al-Qur'an ditulis oleh Rasulullah