Posts

Showing posts from May, 2012

Jamsaren, Pesantren Tertua di Jawa

Image
Sebuah masjid kuno tak seberapa luas tetap berdiri tegak di tengah-tengah bangunan arsitektur modern di dalam kompleks pesantren. Kondisinya masih asri, kuat dan utuh. Suasana umum pesantren yang bersahaja melingkupi kompleks seluas 3.400 meter persegi tersebut. Tak banyak yang tahu, dari pesantren ini telah lahir sejumlah tokoh besar. Lokasi itu adalah Pondok Pesantren Jamsaren yang berada di Jalan Veteran No 263, Serengan, Solo. Pesantren ini telah mencatat berbagai gejolak dan peristiwa yang terjadi sejak didirikan pada tahun 1750. Bisa jadi pesantren ini merupakan pesantren tertua di tanah air yang masih ada. Pada masa Paku Buwono IV memerintah Kraton Surakarta dia mendatangkan beberapa ulama untuk mengajarkan Islam kepada rakyat Surakarta. Salah satu yang didatangkan adalah Kiai Jamsari dari Banyumas. Kiai ini tinggal sebuah kampung, sekitar tiga kilometer barat daya kraton. Kharisma dan pengaruh Kiai Jamsari saat itu segera dirasakan oleh banyak orang. Kampung tempat tinggalnya k

Kyai Shaleh Darat, Penghulu Para Ulama

Image
Salah ulama’ yang merupakan embahnya para ulama di Jawa adalah Kyai Saleh Darat, seorang waliyullah yg menjadi guru dari ulama-ulama’ yang mendirikan NU dan Muhammadiyyah, seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH Mahfuzd (pendiri Ponpes Termas, Pacitan), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH Idris (pendiri Ponpes Jamsaren, Solo), KH Sya’ban (ulama ahli falaq dari Semarang), Penghulu Tafsir Anom dari Keraton Surakarta, KH Dalhar (pendiri Ponpes Watucongol, Muntilan), dan Kiai Moenawir (Krapyak Yogyakarta), selain itu beliau juga merupakan guru spiritualitas RA. Kartini. Dengan demikian dapat dikatakan, Kiai Saleh Darat merupakan guru bagi ulama-ulama besar di Tanah Jawa. Bahkan Nusantara. Memang, Kiai Saleh Darat tak sepopuler tokoh lain. Ironis? Tentu saja. Sebab semasa hidupnya, Kiai Saleh Darat mashur di seantero Tanah Jawa, Nusantara, bahkan Asia Tenggara sebagai penulis kitab-kitab fikih, teologi, tassawuf, serta ilmu falak dengan gayapegon (berhuruf Arab dengan bahasa Jawa). Perjalana

Mbah Liem, Pengasuh PP. Al-Muttaqien Klaten, Wafat

Image
RMI-NU, Innalillahi wa inna ilaihi roji'un.  Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti, Troso, Klaten, Jawa Tengah, K.H. Rifai Muslim Imampuro, meninggal dunia pada pagi tadi, Kamis, 24 Mei 2012. Mbah Liem–panggilan K.H. Rifai Muslim Imampuro–meninggal di Rumah Sakit Islam Klaten. Sebelumnya Mbal Liem menjalani perawatan karena sakit. Kiai yang dikenal dekat dengan almarhum K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tersebut meninggal pada usia 91 tahun. Dia meninggalkan seorang istri serta delapan putra dan putri. Mbah Liem dikenal sebagai kiai  nyentrik . Ia pernah dekat dengan Siti Hardiyanti Indra Rukmana alias Mbak Tutut, putri Presiden Soeharto. Ia kerap membuat pernyataan kontroversial seputar situasi politik pada saat gerakan Reformasi bergulir. Jenazah Mbah Liem kini disemayamkan di kediamannya, di kompleks Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti. Rencananya, Mbah Liem dimakamkan di pemakaman keluarga di kompleks pondok pesantren sekitar pukul 19.00 WIB. Ketu

Empat Ajaran Sunan Drajat

Image
Sunan Drajat AJARAN SUNAN DRAJAT Menehono teken marang wong kang wuto menehono mangan marang wong kang luwe menehono busono marang wong kang wudo menehono ngiyup marang wong kang kudanan. (Raden Qosim Sunan Drajat) Terjemahan Ajaran Sunan Drajat: Berikanlah tongkat kepada orang yang buta berikanlah makanan kepada orang yang lapar berikanlah pakaian kepada orang yang telanjang berikanlah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan. Kalangan ulama dan cerdik pandai semestinya memberikan bimbingan, dakwah dan petuah kepada siapapun yang belum bisa atau belum tahu. Tugasnya memberi tongkat atau pengajaran atau nasehat agar bisa dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bagi orang yang mampu atau orang kaya seyogyanya memberikan kelebihan hartanya, baik berupa pangan atau sandang kepada orang yang lemah dan yang membutuhkan. Pemberian kebutuhan yang sifatnya asasi ini tentu akan sangat membantu ketenangan mereka dalam menjalani kehidupan

Ajudan Bill Clinton dan Gus Dur

Image
Seorang ajudan Presiden Bill Clinton dari Amerika Serikat sedang jalan-jalan di Jakarta. Karena bingung dan tersesat, dia kemudian bertanya kepada seorang penjual rokok. "Apa betul ini Jalan Sudirman?" "Ho oh," jawab si penjual rokok. Karena bingung dengan jawaban tersebut, dia kemudian bertanya lagi kepada seorang Polisi yang sedang mengatur lalu lintas. "Apa ini Jalan Sudirman?" Polisi menjawab, "Betul." Karena bingung mendapat jawaban yang berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur yang waktu itu kebetulan melintas bersama ajudannya. "Apa ini Jalan Sudirman?" Gus Dur menjawab "Benar." Bule itu semakin bingung saja karena mendapat tiga jawaban yang berbeda. Lalu akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi, mengapa waktu tanya tukang rokok dijawab "Ho oh," lalu tanya polisi dijawab "betul" dan yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata "benar." Gus Dur tertegun sejenak, lalu dia berkata, "Oo

Pendidikan Pesantren mampu Akrab dengan Modernitas

Image
Dr. Amin Haedari, Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul  Ulama. [dok; rmi-nu]  RMI-NU, Konsentrasi pendidikan pesantren yang banyak tercurah pada disiplin keislaman tak lantas membuatnya selalu tertinggal. Buktinya, selain serius mengkaji kitab-kitab klasik, pensantren sekarang mampu bersikap terbuka dengan pengetahuan umum dan teknologi modern. “Pesantren telah menunjukkan banyak perkembangan dan mampu beradaptasi dengan perubahan dunia modern,” ungkap Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) KH Amin Haedari, Kamis (3/5). Menurut Amin, melalui gejala ini pandangan sebagian orang tentang pesantren menjadi perlu diluruskan. Termasuk dalam hal ini, pemetaan corak pesantren kepada dua jenis, yakni pesantren modern (ashriyah) dan pesantren salaf (salafiyah). Sesungguhnya, tambahnya, klasifikasi yang relevan adalah klasifikasi antara pesantren yang mendirikan sekolah formal dan pesantren yang tidak mendirikan sekolah formal. Sebab fakta yang terjadi a

Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, Ulama dengan Segudang Karya

Image
Syekh Muhammad bin Umar Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, adalah salah satu ulama Indonesia yang terkenal di dunia, lahir di Kampung Pesisir, Desa Tanara, Kecamatan Tanara, Serang, Banten, 1815. Sejak umur 15 tahun pergi ke Makkah dan tinggal di sana tepatnya daerah Syi’ab Ali, hingga wafatnya 1897, dan dimakamkan di Ma’la. Ketenaran beliau di Makkah membuatnya di juluki Sayyidul Ulama Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz). Tanah Hijaz adalah nama daerah yang sejak 1925 diubah namanya menjadi Saudi Arabia (setelah Keluarga Saud mengkudeta Khalifah Syarif Husein). Diantara ulama Indonesia yang sempat belajar ke Beliau adalah Syaikhona Khalil Bangkalan dan Hadratusy Syekh KH Hasyim Asy’ari. Kitab-kitab karangan beliau banyak sekali diterbitkan di Mesir. Seringkali beliau dengan ikhlasnya hanya mengirimkan manuscript naskahnya dan setelah itu tidak mempedulikan lagi bagaimana penerbit menyebarluaskan hasil karyanya, termasuk hak cipta dan royaltinya. Selanjutnya kitab-kitab beliau itu menjadi bagian dari

Pondok Pesantren Al Anwar Sarang

Image
Pesantren Sarang, adalah pesantren yang ada di Sarang. Entah bagaimana asbabul wurudnya, nama pesantren selalu lebih lekat dengan daerahnya ketimbang "nama resmi" lembaganya. Malah acap kali orang menyebutkan pesantren dengan nama Kyainya, misalnya Pondoke Mbah Maimun Sarang, atau Pondoke Mbah Kholil Rembang dan seterusnya. Sampai sekarang, orang lebih menyebut pondok Lirboyo, misalnya, karena berada di Lirboyo atau pondok Ploso, karena berada di Ploso. Tak berbeda pula dengan pondok Sarang. Jika menilik letak geografisnya, tentu tidak ada yang menarik di sini. Kompleks Pesantren adalah tanah yang gersang, bangunannya juga tidak terlalu istimewa. Namun jangan salah sangka, Sarang adalah media semai bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Dari rahim pondok Sarang, beriatus-ratus tokoh agama mengenyam "pahit-getirnya" memburu pengetahuan. Tidak salah jika Sarang kemudian dibutuhkan masyarakat. Sekian ribu santri berjubel dan hilir mudik memburu tempat pengajian. Beribu-ri

Pesantren, Lokomotif Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Image
Jakarta,  NU Online Sebagai salah satu pusat rujukan masyarakat, pesantren dituntut mengembangkan peran untuk menyesuaikan dengan kebutuhan lingkungannya. Di samping menjadi wahana dakwah Islam dan kaderisasi ulama, pesantren bisa pula menjadi lokomotif pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat. Semangat inilah yang diperjuangkan Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama atau asosiasi pesantren NU melalui program “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Pesantren”. Selama tiga bulan terakhir RMI secara gencar melatih ratusan santri dan masyarakat di sekitar pesantren untuk aktif di bidang kewirausahaan. Akhir April lalu (28-30/4), RMI menggelar pelatihan usaha kecil menengah (UKM) di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon. Sebelumnya, kegiatan serupa diadakan di Pesantren Al-Ikhlas, Boyolali, dengan segmen usaha penggemuakan sapi, serta di Pesantren Al-Huda, Ciamis, dengan segmen usaha pertukangan dan industri mebel. Program yang diikuti para santri senior dan pemuda dari ma

Peran pesantren dalam Kewirausahaan

Image
Dr. Amin Haedari dalam Pelatihan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Pesantren di pesantren Kempek, Cirebon, Jawa Barat, 28 April-01 Mei 2012. Bicara tentang Peran Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan

Ungkapan Penutup Pidato Orang NU

Image
Logo Nahdlatul Ulama (NU) Pada mulanya, para sesepuh ulama Nahdlatul Ulama mentradisikan ungkapan “wabillaahit taufiiq wal hidaayah” sebagai penutup pidato.  Artinya: (semata-mata) dari Allah-lah pertolongan dan petunjuk .  Itu ungkapan kerendah-hatian. Pengakuan dari pembicara bahwa ia mampu berpidato semata-mata karena pertolongan Allah, dan kalaupun hadirin tersentuh oleh pidatonya sehingga menjadi manusia yang lebih baik, itu juga semata-mata karena petunjuk Allah. Ungkapan itu kemudian menjadi teramat populer. Semua orang menggunakannya. Seolah pidato tak dianggap sempurna tanpa ditutup dengan ungkapan itu. Orang-orang Muhammadiyah dan priyayi-priyayi abangan tak ketinggalan membiasakannya. Kemudian datanglah masa-masa persaingan sengit antara NU dan Muhammadiyah. Yaitu ketika kaum Wahabi Minang semakin berpengaruh di lingkungan Muhammadiyah, bahkan cenderung mendominasi wacana keagamaan didalamnya. Gagasan-gagasan Wahabi dinisbatkan kepada Muhammadiyah, untu

KH. Maimun Zubair Sarang, Rembang

Image
KH. Maimun Zubair  Pengasuh Ponpes Al-Anwar, Sarang, Rembang (Lahir pada hari Kamis, 28 Oktober 1928-Sekarang) KH. Maimun Zubair Pada tahun 1945 beliau memulai pengembaraannya ke Pondok Lirboyo Kediri, selama kurang lebih lima tahun, dibawah bimbingan KH. Abdul Karim (Mbah Manaf), KH. Mahrus Ali dan KH. Marzuqi. Menginjak usia 21 tahun, beliau meneruskan pengembaraanya ke Makkah Al-Mukarromah, selama kurang lebih 2 tahun berkutat dengan ilmu-ilmu agama didalam bimbingan Sayyid ‘Alawi bin Abbas Al-Maliki, Syaikh Al-Imam Hasan Al-Masysyath, Sayyid Amin Al-Quthbi, Syaikh Yasin bin Isa Al- Fadani dan masih banyak lagi. KH. Maimun Zubair adalah gambaran sempurna dari pribadi yang santun dan matang. Semua itu bukanlah kebetulan, sebab sejak dini beliau hidup dalam tradisi pesantren diasuh langsung oleh ayah dan kakeknya sendiri. Beliau membuktikan bahwa ilmu tidak harus menyulap pemiliknya menjadi tinggi hati ataupun ekslusif dibanding yang lainnya. Beliau lahir p

Pondok Pesantren Tebuireng Jombang

Image
Tebuireng sebagai salah satu dusun di wilayah Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang mempunyai nilai historis yang besar. Dusun yang terletak 10 km. arah selatan kabupaten Jombang ini tidak bisa dipisahkan dengan K.H.M. Hasyim Asy’ari, di dusun inilah pada tahun 1899 M. Kyai Hasyim membangun pesantren yang kemudian lebih dikenal dengan Pesantren Tebuireng. Sebagai salah satu pesantren terbesar di Jombang, Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan konstribusi dan sumbangan kepada masyarakat luas baik dalam bidang pendidikan, pengabdian serta perjuangan. Pondok Pesantren Tebuireng yang saat ini di bawah naungan Yayasan Hasyim Asy’ari mengembangkan beberapa unit pendidikan formal dan nonformal, yaitu: Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi’iyyah, SMP A. Wahid Hasyim, Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyyah, SMA A. Wahid Hasyim, Madrasah Diniyyah, dan Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari. Keberadaan unit-unit pendidikan di tengah-tengah kehidupan masyarakat memberikan arti tersendiri, yaitu sebagai m