Kebhinekaan dan Kebangsaan dalam Perspektif Islam Ahlussunnah wal Jama’ah [Bagian Ketiga, Bangsa dan Persaudaraan Kebangsaan]


Bangsa dan Persaudaraan Kebangsaan
Istilah bangsa sebagai terjemahan dari nation masuk ke dalam masyarakat muslim melalui Napoleon Bonaparte saat masuk ke Mesir. Tahun 1789 revolusi Perancis menjadikan bangsa ini menjadi yang terbesar di Eropa. Ekspansinya sampai ke Mesir. Dan di dalam maklumatnya Napoleon memperkenalkan Al-Ummat al-Mishriyyah sebagai ganti dari Al-Ummat a-Islamiyyah. Waktu itu jelas ada muatan politis di balik maklumat itu, karena Mesir saat itu berada di dalam kekuasaan para penguasa muslim dari dinasti Mamluk yang berkuasa di dalam naungan Khilafah Turki Utsmani. Para Mamluk itu adalah bangsa Turki yang ditugaskan oleh Khalifah Turki Utsmani. Dengan muncul dan menguatnya maklumat Al-Ummat al-Mishriyyah, maka muncul dan menguat pula konsep nasionalisme di kalangan masyarakat Mesir (M. Quraish Shihab, 1996: 330-331).
Dengan konsep Al-Ummat al-Islamiyyah makna umat berada dalam ranah persaudaraan seagama dan dengan konsep Al-Ummat al-Mishriyyah makna umat berada dalam ranah lintas agama tetapi dalam satu ikatan kebangsaan yang sama, yaitu bangsa Mesir. Quraish Shihab mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa kebangsaan adalah ”kesatuan orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.”
Wawasan kebangsaan sebenarnya dapat dilacak dalam Al-Quran. Nahdlatul Ulama mengenal konsep ukhuwwah wathaniyyah yang didasarkan atas beberapa ayat Al-Quran, antara lain adalah:
4n<Î)ur >Š%tæ ôMèd%s{r& #YŠqèd 3 tA$s% ÉQöqs)»tƒ (#rßç7ôã$# ©!$# $tB /ä3s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ÿ¼çnçŽöxî 4 Ÿxsùr& tbqà)­Gs? ÇÏÎÈ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya’?" (QS Al-A’raf [7]: 65).
4n<Î)ur yŠqßJrO öNèd%s{r& $[sÎ=»|¹ 3 tA$s% ÉQöqs)»tƒ (#rßç7ôã$# ©!$# $tB Nà6s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçŽöxî (
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya’,” (QS Al-A’raf [7]: 73).
4n<Î)ur šútïôtB öNèd%s{r& $Y7øŠyèä© 3 tA$s% ÉQöqs)»tƒ (#rßç7ôã$# ©!$# $tB Nà6s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçŽöxî ( ôs% Nà6ø?uä!$y_ ×poYÉit/ `ÏiB öNà6În/§ ( (#qèù÷rr'sù Ÿ@øx6ø9$# šc#uÏJø9$#ur Ÿwur (#qÝ¡yö7s? }¨$¨Y9$# öNèduä!$uô©r& Ÿwur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) 4 öNà6Ï9ºsŒ ׎öyz öNä3©9 bÎ) OçFZà2 šúüÏZÏB÷sB ÇÑÎÈ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman," (QS Al-A’raf [7]: 85).
Madyan adalah nama putera Nabi Ibrahim AS kemudian menjadi nama kabilah yang terdiri dari anak cucu Madyan itu. Kabilah ini diam di suatu tempat yang juga dinamai Madyan yang terletak di pantai Laut Merah di tenggara Gunung Sinai (Tafsir Ar-Razi, Juz 7: 183). Kita perlu mencatat bahwa tidak semua orang Kaum ‘Ad, Tsamud dan Madyan adalah orang beriman, tetapi Allah menyebut para rasul yang diutus kepada mereka sebagai saudara mereka. Dari sinilah ukhuwwah wathaniyyah atau ukhuwwah sya’biyyah atau persaudaraan kebangsaan yang popular di kalangan nahdliyin.
Tugas para rasul adalah menyampaikan risalah dari Allah SWT. Isinya adalah panduan utama untuk menjalani hidup agar selamat dunia dan akhirat. Yang sama dari semua rasul adalah misi untuk membangun keimanan dan akhlak yang mulia.
Pintu masuk kepada misi utama itu beragam sesuai dengan persoalan pokok dalam hidup kaum yang dibimbing. Dengan cara itu kesesuaian isi ajaran lebih mudah dipahami dan lebih langsung memperbaiki kehidupan mereka. Dari Abu Hayyan Al-Andalusi dalam tafsir Al-Bahr Al-Muhith kita dapat mengambil pelajaran tentang strategi pemasyarakatan risalah ini (Juz 5: 384-402).
Nabi Hud AS mengajak umat beliau menyembah Allah. Saat itu umatnya bergelimang dengan kemegahan dan kemewahan duniawi sehingga abai terhadap ketuhanan, spiritualitas dan kehidupan selanjutnya. Kemakmuran membuat mereka lupa bahwa dahulu nenek moyang mereka diselamatkan oleh Allah SWT melalui kapal Nabi Nuh AS.
Nabi Shaleh AS juga diutus kepada anak keturunan Nabi Nuh AS yang lain, yaitu bangsa Tsamud. Beliau mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Waktu itu Kaum Tsamud telah mencapai taraf ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi. Mereka mampu memahat bebatuan keras sebagai bahan bangunan dan berhasil membangun perkampungan hebat di lembah-lembah (QS Al-Fajr [89]: 9).
Mereka bangga nenek moyangnya menjadi bagian dari umat manusia yang diselamatkan dari banjir bandang di masa Nabi Nuh AS dan terbukti berhasil maju. Kebanggaan itu melenakan mereka dari ketuhanan dan keluhuran, lupa bahwa kecerdasan rasional dan alam material ini disediakan oleh Allah SWT untuk mempertinggi derajat spiritual mereka sebagai manusia.
Nabi Syu’aib AS adalah teladan yang sesuai dengan situasi kompetisi sampai sekarang. Negeri Madyan ini terbentuk dari suku-suku yang lahir dari anak keturunan Nabi Ibrahim AS. Waktu itu bangsa Madyan merasakan berkah Allah SWT karena lokasi negeri mereka berada di jalur perlintasan antara Yaman dan Hijaz di selatan dengan Syam – Suriah sekarang – di utara dan Eropa di barat laut. Sayangnya, banyak pedagangnya curang dalam menimbang dan menakar, padahal ketapatan timbangan dan takaran merupakan pilar keadilan di dalam perniagaan.
Perdagangan yang sehat mempersyaratkan kepastian timbangan dan takaran. Citra bangsa terbangun jika standar yang diakui di banyak negara ditaati. Seruan Nabi Syu’aib AS sesuai hingga kini,
(#qèù÷rr'sù Ÿ@øx6ø9$# šc#uÏJø9$#ur Ÿwur (#qÝ¡yö7s? }¨$¨Y9$# öNèduä!$uô©r& Ÿwur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) 4 öNà6Ï9ºsŒ ׎öyz öNä3©9 bÎ) OçFZà2 šúüÏZÏB÷sB ÇÑÎÈ
“… maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.” (QS Al-A’raf [7]: 85)
Para rasul itu mencintai negeri mereka dan bangsa-bangsa yang beliau-beliau diutus untuk mereka. Kecintaan itu berkembang sampai ke masa Nabi Muhammad SAW. Konsep negara bangsa lahir dari perjuangan beliau melalui Piagam Madinah. Kecintaan para rasul kepada negeri-negeri tidak lepas dari bimbingan ilahi. 


[Disiapkan oleh M. Dian Nafi’ sebagai Pengantar untuk Halqah “Membangun Karakter Kebangsaan Pemuda melalui Pesantren” Diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama di Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan, Jl. K.H. Samanhudi No. 64, Purwosari, Laweyan, Surakarta, 8-10 Oktober 2011]

Comments

Popular posts from this blog

Ketentuan Tentang Diyat -

Pondok Pesantren Daarul Falah Ciloang, Serang, Banten

Pondok Pesantren Padang Ati Tulung Agung Siap Tampung Caleg Depresi