Kebhinekaan dan Kebangsaan dalam Perspektif Islam Ahlussunnah wal Jama’ah [Bagian Ketiga, Bangsa dan Persaudaraan Kebangsaan]
Bangsa
dan Persaudaraan Kebangsaan

Dengan konsep Al-Ummat al-Islamiyyah makna umat berada dalam ranah
persaudaraan seagama dan dengan konsep Al-Ummat al-Mishriyyah makna umat
berada dalam ranah lintas agama tetapi dalam satu ikatan kebangsaan yang sama,
yaitu bangsa Mesir. Quraish Shihab mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa
kebangsaan adalah ”kesatuan orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat,
bahasa dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.”
Wawasan kebangsaan sebenarnya dapat dilacak dalam Al-Quran. Nahdlatul Ulama
mengenal konsep ukhuwwah wathaniyyah yang didasarkan atas beberapa ayat
Al-Quran, antara lain adalah:
4n<Î)ur >%tæ ôMèd%s{r& #Yqèd 3 tA$s% ÉQöqs)»t (#rßç7ôã$# ©!$# $tB /ä3s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ÿ¼çnçöxî 4 xsùr& tbqà)Gs? ÇÏÎÈ
“Dan (Kami
telah mengutus) kepada kaum 'Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: ‘Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya.
Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya’?" (QS Al-A’raf [7]:
65).
4n<Î)ur yqßJrO öNèd%s{r& $[sÎ=»|¹ 3 tA$s% ÉQöqs)»t (#rßç7ôã$# ©!$# $tB Nà6s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçöxî (
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka
Shaleh. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
bagimu selain-Nya’,” (QS Al-A’raf [7]: 73).
4n<Î)ur útïôtB öNèd%s{r& $Y7øyèä© 3 tA$s% ÉQöqs)»t (#rßç7ôã$# ©!$# $tB Nà6s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçöxî ( ôs% Nà6ø?uä!$y_ ×poYÉit/ `ÏiB öNà6În/§ ( (#qèù÷rr'sù @øx6ø9$# c#uÏJø9$#ur wur (#qÝ¡yö7s? }¨$¨Y9$# öNèduä!$uô©r& wur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) 4 öNà6Ï9ºs ×öyz öNä3©9 bÎ) OçFZà2 úüÏZÏB÷sB ÇÑÎÈ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara
mereka, Syu'aib. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak
ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang
nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah
kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang
beriman,"
(QS Al-A’raf [7]: 85).
Madyan adalah nama putera Nabi
Ibrahim AS kemudian menjadi nama kabilah yang terdiri dari anak cucu Madyan
itu. Kabilah ini diam di suatu tempat yang juga dinamai Madyan yang terletak di
pantai Laut Merah di tenggara Gunung Sinai (Tafsir Ar-Razi, Juz 7: 183).
Kita perlu mencatat bahwa tidak semua orang Kaum ‘Ad, Tsamud
dan Madyan adalah orang beriman, tetapi Allah menyebut para rasul yang diutus
kepada mereka sebagai saudara mereka. Dari sinilah ukhuwwah wathaniyyah
atau ukhuwwah sya’biyyah atau persaudaraan kebangsaan yang popular di
kalangan nahdliyin.
Tugas
para rasul adalah menyampaikan risalah dari Allah SWT. Isinya adalah panduan
utama untuk menjalani hidup agar selamat dunia dan akhirat. Yang sama dari
semua rasul adalah misi untuk membangun keimanan dan akhlak yang mulia.
Pintu
masuk kepada misi utama itu beragam sesuai dengan persoalan pokok dalam hidup
kaum yang dibimbing. Dengan cara itu kesesuaian isi ajaran lebih mudah dipahami
dan lebih langsung memperbaiki kehidupan mereka. Dari Abu Hayyan Al-Andalusi
dalam tafsir Al-Bahr Al-Muhith kita dapat mengambil pelajaran tentang
strategi pemasyarakatan risalah ini (Juz 5: 384-402).
Nabi
Hud AS mengajak umat beliau menyembah Allah. Saat itu umatnya bergelimang
dengan kemegahan dan kemewahan duniawi sehingga abai terhadap ketuhanan,
spiritualitas dan kehidupan selanjutnya. Kemakmuran membuat mereka lupa bahwa
dahulu nenek moyang mereka diselamatkan oleh Allah SWT melalui kapal Nabi Nuh
AS.
Nabi
Shaleh AS juga diutus kepada anak keturunan Nabi Nuh AS yang lain, yaitu bangsa
Tsamud. Beliau mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Waktu itu Kaum
Tsamud telah mencapai taraf ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi. Mereka
mampu memahat bebatuan keras sebagai bahan bangunan dan berhasil membangun
perkampungan hebat di lembah-lembah (QS Al-Fajr [89]: 9).
Mereka
bangga nenek moyangnya menjadi bagian dari umat manusia yang diselamatkan dari
banjir bandang di masa Nabi Nuh AS dan terbukti berhasil maju. Kebanggaan itu
melenakan mereka dari ketuhanan dan keluhuran, lupa bahwa kecerdasan rasional
dan alam material ini disediakan oleh Allah SWT untuk mempertinggi derajat
spiritual mereka sebagai manusia.
Nabi
Syu’aib AS adalah teladan yang sesuai dengan situasi kompetisi sampai sekarang.
Negeri Madyan ini terbentuk dari
suku-suku yang lahir dari anak keturunan Nabi Ibrahim AS. Waktu itu bangsa Madyan merasakan berkah Allah SWT karena
lokasi negeri mereka berada di jalur perlintasan antara Yaman dan Hijaz di
selatan dengan Syam – Suriah sekarang – di utara dan Eropa di barat laut.
Sayangnya, banyak pedagangnya curang dalam menimbang dan menakar, padahal
ketapatan timbangan dan takaran merupakan pilar keadilan di dalam perniagaan.
Perdagangan
yang sehat mempersyaratkan kepastian timbangan dan takaran. Citra bangsa
terbangun jika standar yang diakui di banyak negara ditaati. Seruan Nabi
Syu’aib AS sesuai hingga kini,
(#qèù÷rr'sù
@øx6ø9$#
c#uÏJø9$#ur
wur
(#qÝ¡yö7s?
}¨$¨Y9$#
öNèduä!$uô©r&
wur
(#rßÅ¡øÿè?
Îû
ÇÚöF{$#
y֏t/
$ygÅs»n=ô¹Î)
4 öNà6Ï9ºs
×öyz
öNä3©9
bÎ)
OçFZà2
úüÏZÏB÷sB
ÇÑÎÈ
“… maka
sempurnakanlah takaran dan
timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya.” (QS Al-A’raf [7]: 85)
Para rasul itu mencintai negeri mereka dan bangsa-bangsa
yang beliau-beliau diutus untuk mereka. Kecintaan itu berkembang sampai ke masa
Nabi Muhammad SAW. Konsep negara bangsa lahir dari perjuangan beliau melalui
Piagam Madinah. Kecintaan para rasul kepada negeri-negeri tidak lepas dari
bimbingan ilahi.
[Disiapkan oleh M. Dian Nafi’ sebagai Pengantar untuk Halqah “Membangun Karakter Kebangsaan Pemuda melalui Pesantren” Diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama di Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan, Jl. K.H. Samanhudi No. 64, Purwosari, Laweyan, Surakarta, 8-10 Oktober 2011]
Comments
Post a Comment