KH. Maimun Zubair: Abai Pada Kelestarian Alam Mempercepat Kiamat

KH. Maimun Zubair - www.rmi-nu.or.id
KH. Maimun Zubair
image: mata air radio
RMI NU, Media Pesantren
REMBANG - Ulama sepuh asal Karangmangu Kecamatan Sarang KH Maimun Zubair menyindir aksi “penjualan” gunung yang marak di Kabupaten Rembang. Tokoh ulama besar ini menyebut gunung sebagai paku bumi yang perlu dijaga kelestariannya.

Menurut Mbah Mun yang bertausiah di acara Silaturahmi Ulama dan Umaro di Pendapa Museum Kartini Rembang, Selasa (26/11) pagi, perbuatan manusia yang tidak peduli pada kelestarian alam, bisa mempercepat kiamat.

Pengasuh Pesantren Al Anwar Sarang ini mengatakan, manusia wajib berpikir jernih dalam setiap kali bertindak. Dia mencontohkan, apa yang terjadi pada wilayah pegunungan di Sale. Masyarakat setempat nyaris tidak kebagian apa-apa, kecuali menjadi kuli pada usaha pertambangan di wilayah pegunungan.

Pada kesempatan itu, Kyai sepuh Nahdlatul Ulama ini juga menyebutkan lima nilai atau azas untuk menjaga keutuhan dan kerukunan manusia. Lima nilai itu adalah jiwa, akal, kehormatan, hak milik, dan perkawinan.

Berbicara di hadapan seratusan kyai dan pejabat pemerintah, Mbah Mun menjelaskan, jiwa merupakan pangkal untuk berbuat sesuatu, sedangkan akal perlu dijaga dan dididik agar tidak berbuat kerusakan. Sementara menjaga kehormatan atau saling menghormati diperlukan untuk menjaga keselarasan dalam hubungan.

Mengenai hak milik, ulama kharismatik ini berpesan agar sadar diri dengan hak milik masing-masing, sehingga tidak boleh mencuri. Adapun terkait perkawinan, Mbah Mun menyeru agar menghargai perbedaan keyakinan, sehingga tidak saling menyalahkan.

Pada silaturahmi bertajuk “Rembang Meraih Berkah” ini, hadir Wakil Bupati Abdul Hafidz dalam sambutannya mengungkap, Bupati sedang ada urusan penting di Semarang, sehingga mewakilkan kepadanya untuk menghadiri acara tersebut.

Selain KH Maimun Zubair, tampak kyai sepuh lainnya seperti KH Hamid Baidlowi Lasem, KH Sahlan M Noor Sedan, dan KH Nasrullah Rembang. Silaturahmi tersebut sekaligus sebagai sarana konsolidasi antara Pemerintah dengan ulama dalam membangun bangsa. (Nugroho Ghozali)

Post: Mata Air Radio
Repost: Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama, RMI NU - Media Pesantren

Comments

Popular posts from this blog

Pondok Pesantren Daarul Falah Ciloang, Serang, Banten

Aktualisasi Khittah 1926

A group of youths studying at Pesantren Al Muayyad yearn for established respect for all faiths in Indonesia